Aku membuka mata ku, namun tak satupun yang aku lihat. Mengapa hanya gelap?! Aku menangis. Ayah memegang tangan ku
" Sabar sayang, ini cobaan "
" Tapi Ayah.. Hani kan cuma terkena demam karna hujan itu!! "
Aku mendengar isak tangis ayah. Aku memegang pipi ayah, dan mengusap air matanya
" Ayah, Ayah ngga boleh nangis. Hani janji gak bakalan menyesali ini "
Aku merasakan getaran jiwa saat mengatakan itu. Aku mengucapkan apa yang diucapkan ibu dulu ketika aku menangis melihat ibu sekarat. Air mataku mulai mengalir, aku membalikan badan berbalik arah dari ayah.
"Ayah, Hani pengen istirahat dulu. Tolong tinggalin Hani sebentar."
" Iya sayang, Ayah keluar. Kalo ada apa apa panggil aja Ayah "
Ayah keluar. Aku menangis sekuat kuatnya. Tak tau rasanya, hatiku terasa tertekan.
" Ibu, anakmu kini telah bertemu pangeran yang dulu engkau puja puja.. namun anakmu kini bertambah malang "
Tiba-tiba ayah masuk. Aku pura pura tertidur. Ayah duduk di sebelahku. Ia membelai si buah hatinya ini. Ia menangis tersedu sedu.
" Hani, sungguh malangnya engkau nak. Maafkan Ayah sudah meninggalkan dirimu dulu sayang"
Ingin rasanya aku meminta maaf kepada ayah,namun aku sekarang sedang berpura pura tidur.
Ayah keluar. Mata ku yang tak bisa melihat apa apa kini sembab. Aku capek menangis, akhirnya aku pulas tertidur.
Tiba tiba Ayah membangunkanku.
" Hani, Ayah ada kabar gembira untuk mu sayang. "
" Apa itu Ayah? "
" Ada yang mau mendonorkan matanya untukmu, bersyukurlah dirimu sayang"
" Tapi, Ayah. Bukannya orang yang bisa mendonorkan matanya, adalah orang yang sudah meninggal atau sekarat? Siapa orang itu Ayah??"
"Rahasia sayang.. Kamu akan mengetahuinya setelah kamu sudah sadar"
Aku tersenyum bahagia. Tuhan, terima kasih engkau telah memberikan pertolongan bagi hambamu, Tuhan.
Setelah ayah memberikan kabar bahagia itu, ayah kembali keluar. Aku merasakan ada yang janggal. "Apakah Ayah hanya berbohong? Apakah ia hanya ingin membuat aku senang??"
Sejak Ayah memberikan kabar itu, ayah tak pernah ke kamarku lagi sampai sore ini. Dokter masuk ke kamarku, Dokter menyuruhku untuk bersiap siap menjalani operasi. Aku meminta untuk mohon menunggu ayah, palingan ayah sebentar lagi datang. Sudah 3 jam aku menunggu ayah, namun hasilnya nihil. Operasi dilakukan...
"Coba buka matanya perlahan lahan ya, Hani"
aku membuka mataku perlahan lahan, dan hasilnya.. AKU BISA MELIHAT. Terima kasih, Tuhan, engkau memberikan keajaiban untukku. Namun, aku masih sedih. Ayah belum datang ke sini.
Lalu dokter memberikan sepucuk surat dan bunga.
"Hani ku sayang..
Selamat engkau telah bisa melihat kembali, Ayah senang engkau telah bisa melihat lagi. Sudah banyak tangisan kita lewati untuk matamu. Maaf Ayah tak bisa melihatmu senang karna sudah melihaat saat ini. Kini Ayah sudah bahagia, dirimu juga sudah bahagia. Maafkan Ayah meninggalkanmu tanpa memberi tau."
Jadi.. Mata ini..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar